Laman

Rabu, 19 November 2014

BAHASA SEBAGAI ALAT BERPIKIR





Tanpa bahasa, manusia tak ada bedanya dengan anjing atau monyet.
Ungkapan novelis Inggris Aldous Huxley (1894-1963) di atas menyuratkan bahwa bahasa (verbal) teramat signifikan bagi manusia. Bahasa, sebagaimana akal atau pikiran, itulah yang mencirikan manusia dan membedakannya dari makhluk-makhluk lain.
Bahasa secara khusus dikaji dalam disiplin linguistik. Studi tentang bahasa dengan pendekatan tradisional telah dimulai sejak abad ke-5 SM di Yunani, dan dilanjutkan dengan pendekatan modern pada abad ke-18. kini linguistik, seperti disiplin-disiplin ilmu lain, kian berkembang dan maju.
1.    
  Pengertian bahasa
Apa itu bahasa ? Untuk menjawab pertanyaan  tersebut, ada baiknnya jika kita memperhatikan beberapa  pengertian bahasa tersebut berdasarkan  pengertian umum dengan melihat kamus umum,  sebagai istilah linguistik dengan melihat kamus linguistik,  dan menyimak aneka pendapat para ahli dari latar belakang yang berbeda.
Dalam kamus umum, dalam hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI , 1990: 66) bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi  berartikulasi  yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional  yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Kamus Webster mendefinisikan bahasa sebagai A systematic  means of communication ideas or feeling by the use of communication sign, sounds, gestures, or mark having understood meanings.
Dari dua makna umum tentang bahasa di atas,  ada persamaan yang jelas. Persamaan itu adalah bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi  antar manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan.
Definisi lain tentang bahasa, antara lain bisa kita dapat dari Finochiaro. Meskipun tidak terlalu berbeda dengan definisi-definisi di atas, ia  memasukkan kaitan  bahasa sebagai bentuk budaya. Ia menyatakan  bahwa  Language is a system of arbitrary, vocal sumbols which permits all peaple in a given culture, or other peaple who have learned the system of  the culture, to communicate or to interact.
Dari sudut pandang psikologi, karena bahasa itu sebuah sistem simbol terstruktur, maka bahasa bisa dipakai sebagai alat berpikir, merenung, bahkan untuk memahami segala sesuatu. De Vito menyatakan bahwa bahasa adalah  A potentially self-refleksive, structired system of symbols which catalog the objects, events, and relation in the world .
Dengan melihat deretan definisi tentang bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa cukup banyak dan bervariasi definisi tentang bahasa yang bisa kita temui. Variasi itu wajar terjadi karena sudut pandang keilmuan mereka yang juga berbeda. Meskipun demikian, variasi tersebut terletak pada penekanannya saja, akan tetapi hakikatnya sama.  Ada yang menekankan bahasa pada fungsi komunikasi, ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem,  ada pula yang memposisikan bahasa sebagai alat. Meskipun demikian, ada persamaan dalam hal-hal prinsip, yang oleh Alwasilah (1993: 82-89) disebut dengan hakikat bahasa, sebagaimana akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.

2.      Bahasa  Sarana Berpikir Ilmiah

Berpikir ilmiah, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang lebih luas, bertujuan memperoleh pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita manusia jelas memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Sarana ini bersifat niscaya, maka aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Dengan perkataan lain, sarana berpikir ilmiah memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah dengan baik, teratur dan cermat. Oleh karena itu, agar ilmuwan dapat bekerja dengan baik, dia mesti menguasai sarana berpikir ilmiah.
Ada tiga sarana berpikir ilmiah, yakni bahasa, matematika, dan statistika. Bahasa, dalam konteks ini, memungkinkan manusia berpikir secara abstrak, sistematis, teratur dan terus-menerus dan menguasai pengetahuan. Dengan bahasa, manusia berbeda dari binatang bisa memikirkan dan membicarakan objek-objek yang tidak berada di depan matanya. Kehidupan dunia yang kompleks dibahasakan dalam penyataan-pernyataan yang sederhana dan bisa dimengerti. Bahasa pun menjadikan kita dapat mengomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Ringkasnya, bahasa membantu ilmuwan berpikir ilmiah, yaitu berpikir induktif dan deduktif. Dengan perkataan lain, bahasa menjadi alat baginya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan induktif maupun deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan melaksanakan silogisme dan menarik kesimpulan atau pengetahuan ilmiah.
 Tahukah Anda, bahwa selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga memiliki fungsi sebagai alat berpikir?
Sebagai alat komunikasi, sebagaimana kita tahu, bahasa memungkinkan kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan suatu maksud, menanyakan sesuatu, memerintahkan sesuatu, memberitahu sesuatu, dan sebagainya.
Sedangkan sebagai alat berpikir, bahasa kita gunakan untuk memahami sebuah informasi, memikirkan persoalan, memecahkan dan menyimpulkan, menguji dan menilai sebuah ide, dan lain-lain.
Apa hubungannya antara kemampuan bahasa dengan prestasi seorang anak?
Dalam sebuah proses pembelajaran, komunikasi tentulah akan terjadi antara guru dengan murid dan atau murid dengan penulis buku. Untuk dapat menerima dan memahami informasi yang diberikan oleh guru atau dari buku yang dibaca, tentu seorang murid harus menguasai bahasa yang digunakan oleh guru atau penulis buku tersebut.
Bagaimana bisa seorang murid dapat memahami sebuah ilmu jika ia tidak menguasai bahasa yang digunakan oleh guru atau penulis buku? Bagaimana bisa ia berprestasi jika ia tidak memiliki ilmu? Inilah hubungan yang sangat penting antara kemampuan berbahasa dengan prestasi seorang anak.
Ada 3 bagian dalam keterampilan berbahasa:
1. Keterampilan berbahasa: reseptif -produktif (menerima dan menyampaikan).
2. Keterampilan lisan: listening-speaking (mendengarkan dan berbicara)
3. Keterampilan tulisan: reading-writing (membaca dan menulis)
Untuk menyerap, menerima, atau memahami informasi atau ilmu yang disampaikan secara lisan, kita perlu memiliki keterampilan mendengarkan. Sedangkan untuk memahami ilmu yang disampaikan secara tertulis, kita perlu memiliki keterampilan membaca.
Untuk dapat menyampaikan informasi atau ilmu yang disampaikan secara lisan, kita perlu memiliki keterampilan berbicara. Sedangkan untuk menyampaikan informasi secara tulisan, kita perlu keterampilan menulis.
Pada intinya, semua bagian dalam keterampilan berbahasa ini memiliki hubungan yang sangat kuat. Dan harus dikembangkan dan ditingkatkan terus untuk meraih prestasi.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Dengan perkataan lain, sarana berpikir ilmiah memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah dengan baik, teratur dan cermat. Oleh karena itu, agar ilmuwan dapat bekerja dengan baik, dia mesti menguasai sarana berpikir ilmiah.
Ada tiga sarana berpikir ilmiah, yakni bahasa, matematika, dan statistika. Bahasa, dalam konteks ini, memungkinkan manusia berpikir secara abstrak, sistematis, teratur dan terus-menerus dan menguasai pengetahuan. Dengan bahasa, manusia berbeda dari binatang bisa memikirkan dan membicarakan objek-objek yang tidak berada di depan matanya. Kehidupan dunia yang kompleks dibahasakan dalam penyataan-pernyataan yang sederhana dan bisa dimengerti. Bahasa pun menjadikan kita dapat mengomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Ringkasnya, bahasa membantu ilmuwan berpikir ilmiah, yaitu berpikir induktif dan deduktif. Dengan perkataan lain, bahasa menjadi alat baginya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan induktif maupun deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan melaksanakan silogisme dan menarik kesimpulan atau pengetahuan ilmiah.
Bahasa merupakan suatu sistem yang terdiri dari lambang-lambang, kata-kata, dan kalimat-kalimat yang disusun menurut aturan tertentu dan digunakan sekelompok orang untuk berkomunikasi. Dalam tulisannya, Mudjia Rahardjo mengatakan: "Di mana ada manusia, di sana ada bahasa". Keduanya tidak dapat dipisahkan. Bahasa tumbuh dan berkembang karena manusia. Manusia berkembang juga karena bahasa. Keduanya menyatu dalam segala aktivitas kehidupan. Hubungan manusia dan bahasa meruapakan dua hal yang tidak dapat dinafikan salah satunya. Bahasa pula yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain.
Dilihat dari segi fungsinya, bahasa memiliki dua fungsi yaitu: pertama, sebagai alat untuk menyatakan ide, pikiran, gagasan atau perasaan; dan kedua, sebagai alat untuk melakukan komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain. Berdasar dua fungsi tersebut, adalah sesuatu yang mustahil dilakukan jika manusia dalam berinteraksi dan berkomunikasi tanpa melibatkan peranan bahasa. Komunikasi pada hakekatnya merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Hubungan komunikasi dan interaksi antara si pengirim dan si penerima, dibangun berdasarkan penyusunan kode atau simbol bahasa oleh pengirim dan pembongkaran ide atau simbol bahasa oleh penerima.
Berkaitan dengan hal ini, dapat dikatakan bahwa syarat terjadinya proses komunikasi harus terdapat dua pelaku, yakni pengirim dan penerima pesan, sehingga yang perlu ditekankan selanjutnya adalah bagaimana cara kita menyampaikan pesan agar dapat berjalan secara efektif.. Dalam hal ini, Badudu (1995), mengemukakan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu: a). orang yang berbicara; b). orang yang diajak bicara; c). situasi pembicaraan apakah formal atau non-formal; dan d). masalah yang dibicarakan (topik).

Sumber :
http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=6
http://sigmetris.com/index.php?option=com_content&task=view&id=33&Itemid=28
http://www.rumahbunda.com/education/keterampilan-berbahasa-dan-prestasi-anak/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar