Tanpa bahasa, manusia tak ada
bedanya dengan anjing atau monyet.
Ungkapan novelis Inggris Aldous Huxley (1894-1963) di
atas menyuratkan bahwa bahasa (verbal) teramat signifikan bagi manusia. Bahasa,
sebagaimana akal atau pikiran, itulah yang mencirikan manusia dan membedakannya
dari makhluk-makhluk lain.
Bahasa secara khusus dikaji dalam disiplin linguistik.
Studi tentang bahasa dengan pendekatan tradisional telah dimulai sejak abad
ke-5 SM di Yunani, dan dilanjutkan dengan pendekatan modern pada abad ke-18.
kini linguistik, seperti disiplin-disiplin ilmu lain, kian berkembang dan maju.
1.
Pengertian bahasa
Apa itu bahasa ? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknnya jika kita memperhatikan
beberapa pengertian bahasa tersebut
berdasarkan pengertian umum dengan melihat kamus
umum, sebagai istilah linguistik dengan melihat kamus
linguistik, dan menyimak aneka pendapat para ahli dari latar
belakang yang berbeda.
Dalam kamus umum, dalam
hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI , 1990: 66) bahasa diartikan sebagai
sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat
sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat
komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Kamus Webster
mendefinisikan bahasa sebagai A systematic means of
communication ideas or feeling by the use of communication sign, sounds,
gestures, or mark having understood meanings.
Dari dua makna umum
tentang bahasa di atas, ada persamaan yang jelas. Persamaan itu
adalah bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antar
manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan
simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau
tanda-tanda berupa tulisan.
Definisi lain tentang
bahasa, antara lain bisa kita dapat dari Finochiaro. Meskipun tidak terlalu
berbeda dengan definisi-definisi di atas, ia memasukkan
kaitan bahasa sebagai bentuk budaya. Ia
menyatakan bahwa Language is a system of arbitrary,
vocal sumbols which permits all peaple in a given culture, or other peaple who
have learned the system of the culture, to communicate or to
interact.
Dari sudut pandang
psikologi, karena bahasa itu sebuah sistem simbol terstruktur, maka bahasa bisa
dipakai sebagai alat berpikir, merenung, bahkan untuk memahami segala sesuatu.
De Vito menyatakan bahwa bahasa adalah A potentially
self-refleksive, structired system of symbols which catalog the objects,
events, and relation in the world .
Dengan melihat deretan
definisi tentang bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa cukup banyak dan
bervariasi definisi tentang bahasa yang bisa kita temui. Variasi itu
wajar terjadi karena sudut pandang keilmuan mereka yang juga berbeda.
Meskipun demikian, variasi tersebut terletak pada penekanannya saja, akan tetapi
hakikatnya sama. Ada yang menekankan bahasa pada fungsi komunikasi,
ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem, ada pula yang
memposisikan bahasa sebagai alat. Meskipun demikian, ada persamaan dalam
hal-hal prinsip, yang oleh Alwasilah (1993: 82-89) disebut dengan hakikat
bahasa, sebagaimana akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.
2. Bahasa Sarana Berpikir Ilmiah
Berpikir ilmiah, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang lebih luas, bertujuan memperoleh pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita manusia jelas memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Sarana ini bersifat niscaya, maka aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut.
Sarana berpikir ilmiah merupakan
alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah
ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Dengan perkataan lain, sarana berpikir
ilmiah memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah dengan baik, teratur dan
cermat. Oleh karena itu, agar ilmuwan dapat bekerja dengan baik, dia mesti
menguasai sarana berpikir ilmiah.
Ada tiga sarana berpikir ilmiah,
yakni bahasa, matematika, dan statistika. Bahasa, dalam konteks ini,
memungkinkan manusia berpikir secara abstrak, sistematis, teratur dan
terus-menerus dan menguasai pengetahuan. Dengan bahasa, manusia berbeda dari
binatang bisa memikirkan dan membicarakan objek-objek yang tidak berada di
depan matanya. Kehidupan dunia yang kompleks dibahasakan dalam
penyataan-pernyataan yang sederhana dan bisa dimengerti. Bahasa pun menjadikan
kita dapat mengomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Ringkasnya, bahasa membantu ilmuwan
berpikir ilmiah, yaitu berpikir induktif dan deduktif. Dengan perkataan lain,
bahasa menjadi alat baginya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan induktif maupun
deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan melaksanakan silogisme dan menarik
kesimpulan atau pengetahuan ilmiah.
Tahukah Anda, bahwa selain sebagai
alat komunikasi, bahasa juga memiliki fungsi sebagai alat berpikir?
Sebagai alat komunikasi, sebagaimana kita tahu, bahasa memungkinkan kita
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita. Dengan
bahasa kita dapat menyampaikan suatu maksud, menanyakan sesuatu, memerintahkan
sesuatu, memberitahu sesuatu, dan sebagainya.
Sedangkan sebagai alat berpikir, bahasa kita gunakan untuk memahami sebuah
informasi, memikirkan persoalan, memecahkan dan menyimpulkan, menguji dan
menilai sebuah ide, dan lain-lain.
Apa hubungannya antara kemampuan bahasa
dengan prestasi seorang anak?
Dalam sebuah proses pembelajaran,
komunikasi tentulah akan terjadi antara guru dengan murid dan atau murid dengan
penulis buku. Untuk dapat menerima dan memahami informasi yang diberikan oleh
guru atau dari buku yang dibaca, tentu seorang murid harus menguasai bahasa
yang digunakan oleh guru atau penulis buku tersebut.
Bagaimana bisa seorang murid dapat memahami sebuah ilmu jika ia tidak
menguasai bahasa yang digunakan oleh guru atau penulis buku? Bagaimana bisa ia
berprestasi jika ia tidak memiliki ilmu? Inilah hubungan yang sangat penting
antara kemampuan berbahasa dengan prestasi seorang anak.
Ada 3 bagian dalam keterampilan berbahasa:
1. Keterampilan berbahasa: reseptif
-produktif (menerima dan menyampaikan).
2. Keterampilan lisan: listening-speaking (mendengarkan
dan berbicara)
3. Keterampilan tulisan: reading-writing (membaca
dan menulis)
Untuk menyerap, menerima, atau memahami
informasi atau ilmu yang disampaikan secara lisan, kita perlu memiliki
keterampilan mendengarkan. Sedangkan untuk memahami ilmu yang disampaikan
secara tertulis, kita perlu memiliki keterampilan membaca.
Untuk dapat menyampaikan informasi atau
ilmu yang disampaikan secara lisan, kita perlu memiliki keterampilan berbicara.
Sedangkan untuk menyampaikan informasi secara tulisan, kita perlu keterampilan
menulis.
Pada intinya, semua bagian dalam keterampilan berbahasa ini memiliki
hubungan yang sangat kuat. Dan harus dikembangkan dan ditingkatkan terus untuk
meraih prestasi.
Sarana berpikir ilmiah merupakan
alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah
ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Dengan perkataan lain, sarana berpikir
ilmiah memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah dengan baik, teratur dan
cermat. Oleh karena itu, agar ilmuwan dapat bekerja dengan baik, dia mesti
menguasai sarana berpikir ilmiah.
Ada tiga sarana berpikir ilmiah,
yakni bahasa, matematika, dan statistika. Bahasa, dalam konteks ini,
memungkinkan manusia berpikir secara abstrak, sistematis, teratur dan
terus-menerus dan menguasai pengetahuan. Dengan bahasa, manusia berbeda dari
binatang bisa memikirkan dan membicarakan objek-objek yang tidak berada di
depan matanya. Kehidupan dunia yang kompleks dibahasakan dalam
penyataan-pernyataan yang sederhana dan bisa dimengerti. Bahasa pun menjadikan
kita dapat mengomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Ringkasnya, bahasa membantu ilmuwan
berpikir ilmiah, yaitu berpikir induktif dan deduktif. Dengan perkataan lain,
bahasa menjadi alat baginya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan induktif maupun
deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan melaksanakan silogisme dan menarik
kesimpulan atau pengetahuan ilmiah.
Bahasa merupakan suatu
sistem yang terdiri dari lambang-lambang, kata-kata, dan kalimat-kalimat yang
disusun menurut aturan tertentu dan digunakan sekelompok orang untuk
berkomunikasi. Dalam tulisannya, Mudjia Rahardjo mengatakan: "Di mana ada
manusia, di sana ada bahasa". Keduanya tidak dapat dipisahkan. Bahasa
tumbuh dan berkembang karena manusia. Manusia berkembang juga karena bahasa.
Keduanya menyatu dalam segala aktivitas kehidupan. Hubungan manusia dan bahasa
meruapakan dua hal yang tidak dapat dinafikan salah satunya. Bahasa pula yang
membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain.
Dilihat dari segi
fungsinya, bahasa memiliki dua fungsi yaitu: pertama, sebagai alat untuk
menyatakan ide, pikiran, gagasan atau perasaan; dan kedua, sebagai alat untuk
melakukan komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain. Berdasar dua fungsi
tersebut, adalah sesuatu yang mustahil dilakukan jika manusia dalam
berinteraksi dan berkomunikasi tanpa melibatkan peranan bahasa. Komunikasi pada
hakekatnya merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima.
Hubungan komunikasi dan interaksi antara si pengirim dan si penerima, dibangun
berdasarkan penyusunan kode atau simbol bahasa oleh pengirim dan pembongkaran
ide atau simbol bahasa oleh penerima.
Berkaitan dengan hal
ini, dapat dikatakan bahwa syarat terjadinya proses komunikasi harus terdapat
dua pelaku, yakni pengirim dan penerima pesan, sehingga yang perlu ditekankan
selanjutnya adalah bagaimana cara kita menyampaikan pesan agar dapat berjalan
secara efektif.. Dalam hal ini, Badudu (1995), mengemukakan ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, yaitu: a). orang yang berbicara; b). orang yang diajak
bicara; c). situasi pembicaraan apakah formal atau non-formal; dan d). masalah
yang dibicarakan (topik).
Sumber :
http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=6
http://sigmetris.com/index.php?option=com_content&task=view&id=33&Itemid=28
http://www.rumahbunda.com/education/keterampilan-berbahasa-dan-prestasi-anak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar