1.Sejarah
Perkembangan Ilmu Manajemen
Manajemen berasal dari kata to
manage yang artinya mengatur, mengurus, atau mengelola. Manajemen juga berasal
dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan
dan mengatur. Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah
manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun
yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida
tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza
tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa mempedulikan apa
sebutan untuk manajer ketika itu yang merencanakan apa yang harus dilakukan,
mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para
pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala
sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Piramida di Mesir. Pembangunan
piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan
dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya
dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu
menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia
mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang
lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata
Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap
perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini
mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh
Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang
Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya,
manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem
akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Daniel Wren membagi evolusi
pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen
sains, era manusia sosial, dan era moderen.
- Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua
peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun
1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The
Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis
yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor),
yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang.
Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan
bahwa dengan sepuluh orang masing-masing melakukan pekerjaan khusus perusahaan
peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi,
jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan,
sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith
menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1)
meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu
yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan
lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
·
Era manajemen ilmiah
Frederick
Winslow Taylor.
Era ini
ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur
seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, dan
Harrington Emerson Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut
scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya
yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam
bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan
metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun
terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.
Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.
Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.
Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
- Era manusia sosial
Era manusia
sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school)
dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tidak
mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran
mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai
eksperimen Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lannya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lannya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
- Era moderen
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total
quality management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru
manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph
Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.
III. Kesimpulan
Jadi, ilmu manajemen diperlukan untuk menggerakan orang lain agar tujuan seseorang atau perusahaan tercapai. Sebagai contoh bangunan piramida di Mesir dan candi Borobudur di Indonesia harus melibatkan ratusan sampai ribuan orang dan menggunakan ribuan batu sebagai bahan dasarnya. Tentu pekerjaan besar tersebut harus dilakukan dengan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian yang cermat. Jadi, manajemen bisa juga disebut dengan kesatuan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Kita juga sebagai manusia sering melakukan kegiatan manajemen, sejak dari kita anak-anak sampai dewasa nanti. Tanpa memanage atau mengatur diri kita sendiri kita tidak bisa mencapai sesuatu yang kita inginkan. Sebagai contoh kita ingin pergi ke sekolah terlebih dahulu kita harus mengatur diri kita mulai dari bangun tidur hingga sampai di sekolah. Jadi, seseorang yang memanage dirinya dengan sebaik-baiknya maka ia akan mendapatkan sesuatu yang ditujunya.
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.
III. Kesimpulan
Jadi, ilmu manajemen diperlukan untuk menggerakan orang lain agar tujuan seseorang atau perusahaan tercapai. Sebagai contoh bangunan piramida di Mesir dan candi Borobudur di Indonesia harus melibatkan ratusan sampai ribuan orang dan menggunakan ribuan batu sebagai bahan dasarnya. Tentu pekerjaan besar tersebut harus dilakukan dengan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian yang cermat. Jadi, manajemen bisa juga disebut dengan kesatuan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Kita juga sebagai manusia sering melakukan kegiatan manajemen, sejak dari kita anak-anak sampai dewasa nanti. Tanpa memanage atau mengatur diri kita sendiri kita tidak bisa mencapai sesuatu yang kita inginkan. Sebagai contoh kita ingin pergi ke sekolah terlebih dahulu kita harus mengatur diri kita mulai dari bangun tidur hingga sampai di sekolah. Jadi, seseorang yang memanage dirinya dengan sebaik-baiknya maka ia akan mendapatkan sesuatu yang ditujunya.
2.EVOLUSI,TEORI
MANAJEMEN
Evolusi
Teori Manajemen
Pemikiran Awal Mengenai Manajemen
untuk menjelaskan hubungan antara dua fakta atau lebih yang dapat³ diamati serta menyediakan dasar yang mantap untuTeori (theory) : sekelompok asumsi yang erat berkaitan dan logis, dikemukakan k memperkirakan peristiwa pada masa depan.
Teori dimanfaatkan untuk:³
1. Memberikan fokus yang mantap untuk memahami peristiwa yang kita alami
2. Mempermudah kita berkomunikasi secara efisien,
Membuat dan menantang kita untuk terus belajar
Evolusi Teori Manajemen (1)
Aliran Manajemen Ilmiah (scientific Management Theory)³
Tokoh:
1. Frederick A. Taylor (1856-1915)
Filosofis 4 Prinsip dasar :
Perkembangan manajemen ilmiah yang sebenarnya, jadi metode terbaik untuk dapat melaksanakan setiap tugas dapat ditentukan.³
Seleksi ilmiah para pekerja, sehingga setiap pekerja akan diberi tanggung jawab melakukan tugas yang paling cocok dengannya.³
Pendidikan dan pengembangan ilmiah para pekerja.³
Kerjasama bersahabat dan secara pribadi antara manajemen dan tenaga kerja.³
Sukses dari prinsip-prinsip tersebut, memerlukan “revolusi mental yang lengkap” dari para manajer dan tenaga kerja.
2.Henry L.Gantt (1861-1919)
Mempertimbangkan sistem insentif dari Taylor.
Memberikan motivasi kepada karyawan yang mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan melalui insentif /bonus.³
Mencatat kemajuan pekerja dan dilakukan secara terbuka serta dicatat pada bagan balok induvidual (bagan Gantt).³
3.Frank B. Gilberth (1868-1924) & Lilian M. Gilberth (1878-1972)
³ Mempelajari kelelahan dan gerakan serta memfokuskan pada berbagai cara untuk mendorong kesejahteraan pekerja.
Perhatian Manajemen terhadap pekerja, terutama dalam mencari gerakan³ yang paling ekonomis sehingga dapat meningkatkan moral pekerja.
Tujuan akhir dari manajemen ilmiah adalah membantu para pekerja mencapai potensial penuh sebagai manusia.
Menerangkan secara ilmiah metode terbaik untuk melaksanakan tugas apapun, dan untuk menyeleksi, melatih dan memotivasi pekerja. Tujuannya adalah kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas.
Evolusi Teori Manajemen (2)³
Teori Organisasi Klasik³
Tokoh :
1.Henry Fayol (1841-1925)
Manajemen adalah suatu ketrampilan yang dapat diajarkan jika prinsip dasarnya di pahami.
14 Prinsip Manajemen Fayol :
1. Pembagian Tugas 11. Keadilan
2. Wewenang 12. Stabilitas Staff
3. Disiplin 13. Inisiatif
4. Kesatuan komando 14. Semangat Korps
5. Kesatuan dalam Pengarahan
6. Kepentingan Individual di bawah kepentingan umum
7. Imbalan
8. Sentralisasi
9. Hierarki
10. Susunan
2.Max Webber (1864-1920)
Organisasi apapun mempunyai orientasi pada berbagai sasaran memerlukan pengendalian peraturan dari semua aktivitasnya dengan hati-hati.
³ Mengembangkan sebuah teori mengenai manajemen birokrasi yang menekankan pada kebutuhan akan hierarki yang ditetapkan dengan ketat untuk mengatur peraturan dan wewenang denga jelas.
Organisasi ideal pastilah sebuah birokrasi yang aktivitas dan tujuan³ dipikirkan secara rasional dan pembagian tugas dari para karyawan dinyatakan secara jelas.
Evaluasi prestasi kerja harus didasarkan pada keunggulan.³
3.Mary Parker Follett (1868-1933)
Manajemen adalah seni melaksanakan pekerjaan lewat orang lain.
Memperkenalkan manusia dan struktur organisasi. bagaiman hubungan.³
Kelompok merupakan tempat individual dapat menggabungkan bakat yang berbeda-beda menjadi sesuatu yang lebih besar.³
³ Fungsi control (pengendalian)yang “utuh” memperhitungkan bukan hanya individual dan kelompok, tetapi juga pengaruh dari faktor-faktor lingkungan seperti, politik, ekonomi dan biologi.
Follet membuka jalan bagi teori manajemen untuk mengikutsertakan hubungan yang lebih luas, baik dari dalam organisasi maupun dari luar batas organisasi.
4.Chester I. Barnard (1886-1961)
Mengidentifikasi organisasi informal, dan mempromosikan efektivitas mengenali dan menggunakan kelompok informal di tempat kerja,
Orang berkumpul bersama dalam organisasi formal tidak dapat mencapai³ tujuan jika bekerja sendiri-sendiri. Tetapi, dalam mengejar sasaran organisasi mereka juga harus memuaskan kebutuhan individual masing-masing.
Zone of indifference (area of acceptane) ; kecenderungan yang³ mengkondisikan individual dapat menerima perintah yang berada dalam rentang tanggung jawab atau aktivitas yang sudah dikenal.
Semakin banyak aktivitas yang termasuk di dalam zona tidak penting , semakin lancar dan semakin kooperatif sebuah organisasi.³
Evolusi Teori Manajemen (3)
Aliran Tingkah Laku : Organisasi adalah Manusia³
Tokoh : (behavioral scientist)
1.Elton Mayo (1880-1949) Gerakan hubungan manusia.
Penelitian manusia dalam lingkungan kerja :
Pekerja yang mendapatkan perhatian khusus akan berkerja lebih baik dan dapat meningkatkan produktivitas.³
Pekerja akan bekerja lebih keras jika mereka percaya pihak manajemen memperhatikan kesejahteraan dan perhatian khusus.³
Kelompok informal (lingk. Sosial dari karyawan) memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas.³
2.Abraham Maslow dan Douglas McGregor (Pendekatan Ilmiah tingkah laku)
Maslow : kebutuhan yang memotivasi manusia untuk mendapatkan kepuasan³ dapat dibuat hierarki. Kebutuhan peringkat bawah harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum kebutuhan peringkat yang lebih tinggi dapat dipenuhi.
McGregor : membedakan 2 asumsi dasar alternatif mengenai manusia dan³ pendekatan mereka terhadap pekerjaan. 2 asumsi tersebut memunculkan teori X dan teori Y.
³ Teori X : pandangan tradisional tentang motivasi --> pekerjaan yang dibenci oleh karyawan yang harus diberi motivasi dengan paksaan uang dan pujian.
³ Teori Y : pekerja/orang sudah memiliki motivasi untuk bekerja melakukan pekerjaan dengan baik.
Aliran tingkah laku muncul sebagai akibat dari pendekatan klasik tidak berhasil mencapai produksi efisien dan harmoni di tempat kerja yang memadai. Pada Aliran ini, digolongkan 2 pendekatan yaitu : Gerakan hubungan manusia dan Pendekatan ilmiah Tingkah laku.
Evolusi Teori Manajemen (4)
Aliran ilmu Manajemen³
pendekatan masalah manajemen dengan penggunaan teknik matematik untuk membuat model, menganalisis dan menyelesaikan. (Management science school).
Riset Operasi (Operational research) : teknik matematik untuk membuat model, menganalisis dan menyelesaikan masalah manajemen.³
Evolusi Teori Manajemen (5)
Perkembangan Muthakir Teori Manajemen
Pendekatan Sistem :³
Pandangan organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian yang saling berkaitan.
Kata kunci : Subsistem, sinergi, open system³ & close system, System boundary, flows, feedback(umpan balik).
Pendekatan kontigensi
Pandangan bahwa teknik manajemen yang paling baik memberikan kontribusi untuk mencapai sasaran organisasi mungkin bervariasi dalam situasi atau lingkungan yang berbeda.
Pandangan ini sering juga disebut pendekatan situasional.
Pendekatan Keterlibatan Dinamik (dinamik engagement)
Pandangan bahwa waktu dan hubungan manusia mendesak manajemen untuk memikirkan ulang pendekatan tradisional dalam menghadapi perubahan yang terus menerus berlangsung dan cepat.
Simpulan :
Manajemen dan Organisasi merupakan produk dari sejarah, keadaan sosial³ dan tempat kejadian. Belajar teori manajemen membantu kita untuk membantu kita memahami manajemen dan organisasi yang semakin kompleks.
Pemikiran Awal Mengenai Manajemen
untuk menjelaskan hubungan antara dua fakta atau lebih yang dapat³ diamati serta menyediakan dasar yang mantap untuTeori (theory) : sekelompok asumsi yang erat berkaitan dan logis, dikemukakan k memperkirakan peristiwa pada masa depan.
Teori dimanfaatkan untuk:³
1. Memberikan fokus yang mantap untuk memahami peristiwa yang kita alami
2. Mempermudah kita berkomunikasi secara efisien,
Membuat dan menantang kita untuk terus belajar
Evolusi Teori Manajemen (1)
Aliran Manajemen Ilmiah (scientific Management Theory)³
Tokoh:
1. Frederick A. Taylor (1856-1915)
Filosofis 4 Prinsip dasar :
Perkembangan manajemen ilmiah yang sebenarnya, jadi metode terbaik untuk dapat melaksanakan setiap tugas dapat ditentukan.³
Seleksi ilmiah para pekerja, sehingga setiap pekerja akan diberi tanggung jawab melakukan tugas yang paling cocok dengannya.³
Pendidikan dan pengembangan ilmiah para pekerja.³
Kerjasama bersahabat dan secara pribadi antara manajemen dan tenaga kerja.³
Sukses dari prinsip-prinsip tersebut, memerlukan “revolusi mental yang lengkap” dari para manajer dan tenaga kerja.
2.Henry L.Gantt (1861-1919)
Mempertimbangkan sistem insentif dari Taylor.
Memberikan motivasi kepada karyawan yang mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan melalui insentif /bonus.³
Mencatat kemajuan pekerja dan dilakukan secara terbuka serta dicatat pada bagan balok induvidual (bagan Gantt).³
3.Frank B. Gilberth (1868-1924) & Lilian M. Gilberth (1878-1972)
³ Mempelajari kelelahan dan gerakan serta memfokuskan pada berbagai cara untuk mendorong kesejahteraan pekerja.
Perhatian Manajemen terhadap pekerja, terutama dalam mencari gerakan³ yang paling ekonomis sehingga dapat meningkatkan moral pekerja.
Tujuan akhir dari manajemen ilmiah adalah membantu para pekerja mencapai potensial penuh sebagai manusia.
Menerangkan secara ilmiah metode terbaik untuk melaksanakan tugas apapun, dan untuk menyeleksi, melatih dan memotivasi pekerja. Tujuannya adalah kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas.
Evolusi Teori Manajemen (2)³
Teori Organisasi Klasik³
Tokoh :
1.Henry Fayol (1841-1925)
Manajemen adalah suatu ketrampilan yang dapat diajarkan jika prinsip dasarnya di pahami.
14 Prinsip Manajemen Fayol :
1. Pembagian Tugas 11. Keadilan
2. Wewenang 12. Stabilitas Staff
3. Disiplin 13. Inisiatif
4. Kesatuan komando 14. Semangat Korps
5. Kesatuan dalam Pengarahan
6. Kepentingan Individual di bawah kepentingan umum
7. Imbalan
8. Sentralisasi
9. Hierarki
10. Susunan
2.Max Webber (1864-1920)
Organisasi apapun mempunyai orientasi pada berbagai sasaran memerlukan pengendalian peraturan dari semua aktivitasnya dengan hati-hati.
³ Mengembangkan sebuah teori mengenai manajemen birokrasi yang menekankan pada kebutuhan akan hierarki yang ditetapkan dengan ketat untuk mengatur peraturan dan wewenang denga jelas.
Organisasi ideal pastilah sebuah birokrasi yang aktivitas dan tujuan³ dipikirkan secara rasional dan pembagian tugas dari para karyawan dinyatakan secara jelas.
Evaluasi prestasi kerja harus didasarkan pada keunggulan.³
3.Mary Parker Follett (1868-1933)
Manajemen adalah seni melaksanakan pekerjaan lewat orang lain.
Memperkenalkan manusia dan struktur organisasi. bagaiman hubungan.³
Kelompok merupakan tempat individual dapat menggabungkan bakat yang berbeda-beda menjadi sesuatu yang lebih besar.³
³ Fungsi control (pengendalian)yang “utuh” memperhitungkan bukan hanya individual dan kelompok, tetapi juga pengaruh dari faktor-faktor lingkungan seperti, politik, ekonomi dan biologi.
Follet membuka jalan bagi teori manajemen untuk mengikutsertakan hubungan yang lebih luas, baik dari dalam organisasi maupun dari luar batas organisasi.
4.Chester I. Barnard (1886-1961)
Mengidentifikasi organisasi informal, dan mempromosikan efektivitas mengenali dan menggunakan kelompok informal di tempat kerja,
Orang berkumpul bersama dalam organisasi formal tidak dapat mencapai³ tujuan jika bekerja sendiri-sendiri. Tetapi, dalam mengejar sasaran organisasi mereka juga harus memuaskan kebutuhan individual masing-masing.
Zone of indifference (area of acceptane) ; kecenderungan yang³ mengkondisikan individual dapat menerima perintah yang berada dalam rentang tanggung jawab atau aktivitas yang sudah dikenal.
Semakin banyak aktivitas yang termasuk di dalam zona tidak penting , semakin lancar dan semakin kooperatif sebuah organisasi.³
Evolusi Teori Manajemen (3)
Aliran Tingkah Laku : Organisasi adalah Manusia³
Tokoh : (behavioral scientist)
1.Elton Mayo (1880-1949) Gerakan hubungan manusia.
Penelitian manusia dalam lingkungan kerja :
Pekerja yang mendapatkan perhatian khusus akan berkerja lebih baik dan dapat meningkatkan produktivitas.³
Pekerja akan bekerja lebih keras jika mereka percaya pihak manajemen memperhatikan kesejahteraan dan perhatian khusus.³
Kelompok informal (lingk. Sosial dari karyawan) memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas.³
2.Abraham Maslow dan Douglas McGregor (Pendekatan Ilmiah tingkah laku)
Maslow : kebutuhan yang memotivasi manusia untuk mendapatkan kepuasan³ dapat dibuat hierarki. Kebutuhan peringkat bawah harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum kebutuhan peringkat yang lebih tinggi dapat dipenuhi.
McGregor : membedakan 2 asumsi dasar alternatif mengenai manusia dan³ pendekatan mereka terhadap pekerjaan. 2 asumsi tersebut memunculkan teori X dan teori Y.
³ Teori X : pandangan tradisional tentang motivasi --> pekerjaan yang dibenci oleh karyawan yang harus diberi motivasi dengan paksaan uang dan pujian.
³ Teori Y : pekerja/orang sudah memiliki motivasi untuk bekerja melakukan pekerjaan dengan baik.
Aliran tingkah laku muncul sebagai akibat dari pendekatan klasik tidak berhasil mencapai produksi efisien dan harmoni di tempat kerja yang memadai. Pada Aliran ini, digolongkan 2 pendekatan yaitu : Gerakan hubungan manusia dan Pendekatan ilmiah Tingkah laku.
Evolusi Teori Manajemen (4)
Aliran ilmu Manajemen³
pendekatan masalah manajemen dengan penggunaan teknik matematik untuk membuat model, menganalisis dan menyelesaikan. (Management science school).
Riset Operasi (Operational research) : teknik matematik untuk membuat model, menganalisis dan menyelesaikan masalah manajemen.³
Evolusi Teori Manajemen (5)
Perkembangan Muthakir Teori Manajemen
Pendekatan Sistem :³
Pandangan organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian yang saling berkaitan.
Kata kunci : Subsistem, sinergi, open system³ & close system, System boundary, flows, feedback(umpan balik).
Pendekatan kontigensi
Pandangan bahwa teknik manajemen yang paling baik memberikan kontribusi untuk mencapai sasaran organisasi mungkin bervariasi dalam situasi atau lingkungan yang berbeda.
Pandangan ini sering juga disebut pendekatan situasional.
Pendekatan Keterlibatan Dinamik (dinamik engagement)
Pandangan bahwa waktu dan hubungan manusia mendesak manajemen untuk memikirkan ulang pendekatan tradisional dalam menghadapi perubahan yang terus menerus berlangsung dan cepat.
Simpulan :
Manajemen dan Organisasi merupakan produk dari sejarah, keadaan sosial³ dan tempat kejadian. Belajar teori manajemen membantu kita untuk membantu kita memahami manajemen dan organisasi yang semakin kompleks.
3.PENDEKATAN TEORI MANAJEMEN
1. PRA KLASIK - Praktek-praktek manajerial dan manajer ahli serta
perhatiannya terhadap efisiensi dan
efektifitas organisasi sudah ada sejak sebelum Revolusi Industri di Inggris.
-
Praktek-praktek manajerial telah ada sejak jaman Babilonia, Mesir, Cina, Romawi, yang terbukti dari
hasil-hasil yang dicapai oleh Negara-negara tersebut.
- Sudah ada
herarkhi organisasi, spesialisasi, konsep staf dan deskripsi kerja.
- Adanya Revolusi
Industri merupakan puncak kejadian dan perubahan dalam manajemen kerja sama dalam
organisasi.
- Mulai diterapkannya teknik mesin dalam
proses produksi dan adanya kerja sama yang besar dan rumit shg memerlukan
manajemen yang bisa mengelola kerja sama dlm organisasi tsb.
2. PENDEKATAN KLASIK
( PENDEKATAN TRADISIONAL/PENDEKATAN
MEKANISTIK )
Cabang Utama Pendekatan klasik untuk manajemen adalah :
Cabang Utama Pendekatan klasik untuk manajemen adalah :
a)
Pendekatan Manajemen Ilmiah
b)
Pendekatan Manajemen Administratif
c)
Pendekatan Manajemen Birokrasi
PENDEKATAN
MANAJEMEN ILMIAH
Tokoh
gerakan manajemen ilmiah adalah FW. Taylor (Bapak gerakan manajemen
ilmiah). Karyanya adalah Principles of Scientific Management.
Pemikirannya adalah Teori
Fisiologi, yaitu pengaturan penggunaan fisik
manusia sebaik2nya dalam proses
produksi.
Revolusi industri merupakan puncak kejadian dan perubahan manajemen dalam
organisasi, dan mulai diterapkannya teknik mesin dalam proses produksi serta
adanya kerja sama yang besar dan rumit shg memerlukan manajemen yang bisa
mengelola kerja sama dlm organisasi tsb.
PENDEKATAN MANAJEMEN ADMINISTRATIF
Tokoh : Henry Fayol
Pendekatan Manajemen Administratif adalah pendekatan yang berpusat pada prinsip2 yang dapat digunakan oleh manajer
untuk koordinasi kegiatan dlm organisasi.
Pendekatan ini menitik beratkan pada para manajer (Top Level Theory).
Aspek2 pokok yang dibahas dalam Manajemen Administratif:
a) Aktivitas Organisasi,
meliputi bidang:
- Kegiatan Komersial
- Kegiatan Finansial
- Kegiatan Finansial
- Kegiatan pengamanan
- Akuntansi
- Akuntansi
b) Fungsi2 Manajemen. Fungsi2 manajemen harus
dilaksanakan oleh manajer. Fungsi pertama mendahului fungsi yang lain ( fungsi
planning –> fungsi controlling ).
c) Prinsip2 manajemen yang jumlahnya 14 prinsip.
Prinsip2 tsb bersifat fleksibel dapat disesuaikan dengan kondisi.
Prinsip-prinsip manajemen:
1) Pembagian kerja berdasarkan
spesialisasi
2) Adanya wewenang dan tanggung
jawab
3) Disiplin. Tiap kegiatan dpt
berjalan dengan wajar jika tiap2 pegawai mentaati dan menghormati peraturan
organisasi
4) Kesatuan perintah. Tiap2
pegawai harus menerima perintah hanya dari satu atasan saja, spy tidak bingung.
5) Kesatuan arah. Tiap kegiatan
organisasi dengan tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang manajer
6) Mendahulukan kepentingan umum
diatas kepentingan probadi.
7) Imbalan atau pemberian upah.
Harus diberikan secara adil dan layak
8) Sentralisasi atau pemusatan.
Setiap tanggung jawab akhir pelaksanaan kegiatan psds skhirnys disentralisasi
pada orang yang menduduki posisi puncak.
9) Jenjang. Kedudukan orang2
perlu disusun dalam satu jenjang dari yang paling tinggi sampai yang paling
rendah.
10) Keteraturan atau Tata tertib.
Perlu pembuatan jadwal dan aturan jam kerja.
11) Keadilan. Terhadap semua
bawahan, manajer harus berlaku adil, sama, baik dan jujur. Dengan begitu akan
membangun loyalitas dan inspirasi bawahannya.
12) Stabilitas masa jabatan.
Pergantian pegawai yang tinggi dan tidak diperlukan menunjukkan manajemen yang
buruk.
13) Prakarsa. Memberi kesempatan
pada karyawan untuk memecahkan masalah dalam pekerjaannya.
14) Semangat korps. Membangun
kebersamaan dan semangat bersatu antara sesama anggota organisasi.
d) Pendidikan manajemen
- melihat
bahwa kemampuan manajerial atau ketrampilan manajerial penting.
-
perlu ada pengajaran manajemen melalui pendidikan formal disekolah2
- perlu
adanya teori2 manajemen.
PENDEKATAN MANAJEMEN BIROKRASI
- Merupakan pdkt manajemen ideal
untuk organisasi.
- Menekankan
pada aturan2, herarkhi, pembagian kerja yang
jelas dan tuntas, mengikuti
prosedur2, menitik beratkan pada struktur organisasi secara menyeluruh.
3. PENDEKATAN MANAJEMEN PERILAKU
Cabang utama pendekatan ini :
1)
Pendekatan
hubungan manusia
-
Tokoh : Elton Mayo
-
Pemikirannya: Howthorne study.
- Produktivitas bukan disebabkan
oleh aspek fisik (lingkungan
kerja, upah, dll), tetapi disebabkan
oleh saluran reaksi
emosional yang rumit (perhatian pimp., supervisor
yang simpatik, hubungan baik dg teman kerja/atasan,
dsb)
- Pdkt humanist
– menekankan aspek manusiawi
- Melengkapi teori klasik (mekanistik).
- Melengkapi teori klasik (mekanistik).
2. Pendekatan Perilaku
-Menekankan
faktor manusia sec.manusiawi dan individual
- Tokoh :
Abraham Maslow
-
Pemikirannya : Herarkhi kebutuhan manusia
- Manusia
memasuki organisasi untuk memenuhi kebutuhannya (kebutuhan
fisik, mencari teman, harga
diri,mendapatkan penghasilan, dsb)
- Organisasi
ingin berproduksi memerlukan sumbangan (kerja) dari tenaga kerja.
- Herarkhi kebutuhan manusia (A.
Maslow):
(Kebutuhan fisik, kebutuhan
keamanan, kebutuhan afiliasi, kebutuhan
penghargaan dan kebutuhan aktualisasi
diri)
- Manajer: harus mampu mengintegrasikan
baik kebutuhan organisasi maupun kebutuhan karyawannya, dan membimbing para
pekerja untuk diarahkan pada tujuan-tujuan organisasi.
TABEL I
PERBEDAAN PENDEKATAN MEKANISTIS DAN HUMANISTIS
PERBEDAAN PENDEKATAN MEKANISTIS DAN HUMANISTIS
Mekanistis
|
No.
|
Humanistis
|
Pekerja dianggap sebagai manusia rasional.
|
1.
|
Pekerja dianggap sebagai
manusia sosial
|
Menekankan pada hubungan formal dan impersonal.
|
2.
|
Menekankan hubungan
sosial dan interpersonal
|
Motivasi melalui pemenuhan kebutuhan ekonomi
|
3.
|
Motivasi melalui
pemenuhan kebutuhan sosial
|
Produktivitas ditingkatkan
melalui perbaikan kondisi fisik
|
4.
|
Produktivitas ditingkatkan
melalui perbaikan kondisi sosial
|
Ulber Silalahi (2002:112).
4.
PENDEKATAN KUANTITATIF
-
Dikembangkan untuk menyelidiki bagaimana teknik2 kuantitatif dapat meningkatkan pembuatan keputusan managerial.
-
Dasar pendekatan kuantitatif : adanya asumsi bahwa teknik matematik,
statistik dan bantuan informasi dapat digunakan untuk pembuatan keputusan,
pemecahan masalah managerial dan efektivitas organisasi.
Cabang-cabang utama pendekatan kuantitatif :
1). Manajemen science
(berbeda dg scientific management).
Yaitu menggambarkan aplikasi ilmiah
dari teknik2 matematik dan metode
statistik untuk problem2
manajemen.
2). Manajemen operasi.
Merupakan perkembangan dari management
science dlm organisasi dengan
penggunaan komputer untuk
pemrosesan data secara cepat
5.
PENDEKATAN MANAJEMEN KONTEMPORER
·
Pendekatan mekanistis dan pendekatan humanistis : belum dapat menjelaskan
efektivitas organisasi karena lebih menekankan pada dimensi internal organisasi.
·
Ternyata efektivitas organisasi juga ditentukan oleh dimensi eksternal
organisasi.
·
Pendekatan ini disebut pendekatan kontemporer “atau” pendekatan modern
untuk manajemen.
·
Pendekatan modern menghormati “pendekatan klasik”, “pendekatan perilaku” dan “pendekatan kuantitatif”.
·
Para ahli mengakui bahwa tidak satupun teori/pendekatan yang berlaku
universal untuk segala situasi, karena setiap organisasi selalu berinteraksi
dengan lingkungannya.
CABANG UTAMA PENDEKATAN KONTEMPORER:
1)
Teori sistem
Dasar anggapan teori sistem:
a) Memandang organisasi sebagai
suatu sistem, baik sistem terbuka maupun tertutup, yaitu bagian2 yang saling
berhubungan dalam mencapai tujuan bersama.
b) Memandang organisasi sebagai
subsistem dari sistem global sehingga tergantung pada lingkungan sistem
tersebut.
Kesimpulannya : dalam perspektif pendekatan sistem, organisasi dan
kegiatan2 manajerial dipandang sebagai kesatuan yang terdiri atas bagian2 yang
saling berhubungan.
Kegiatan dari bagian manapun dalam organisasi mempengaruhi kegiatan dari
setiap bagian yang lainnya.
Untuk mempersatukan bagian2
organisasi secara keseluruhan atau sebagai satu kesatuan, manajer harus berkomunikasi dengan
para pegawai serta bagian2 lain dan lingkungannya.
2)
Pendekatan
Kontingensi
·
Juga disebut Pendekatan Situasional.
·
Pdkt ini menekankan bahwa tindakan manajerial yang tepat tergantung
pada universal yang dapat diterapkan
dalam segala situasi organisasi (lingkungan organisasi).
Satu pendekatan barangkali efektif digunakan dalam mengatasi masalah pada
situasi tertentu tetapi tidak tepat lagi pada situasi yang lain. Situasi yang
dimaksud disebut variable kontingensi.
4.MANAJEMEN MODERN
Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan aliran perilaku (perilaku organisasi) dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah (aliran kuantitatif) atau operation reserch dan management science.
1. ALIRAN PERILAKU ORGANISASI
Pendekatan manusia mempelopori tumbuhnya pendekatan baru yang lebih sering dikenal sebagai pendekatan/aliran perilaku. Dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Psikologi, dan Antropologi dan dengan metoda penelitian yang lebih sempurna, para peneliti ini lebih terkenal sebagai “behavioral scientists” dari pada “human relations theorists”. Diantaranya yang terkenal adalah Argyris, Maslow dan Mc. Gregor dorongan
Prinsip Dasar Perilaku Organisasi :
(1) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur dan prinsip).
(2) Manajemen harus sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan
pertimbangan secara hati-hati.
(3) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.
(4) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.
Sumbangan Aliran Perilaku Organisasi
Sumbangan para ilmuwan perilaku ini terlihat dalam peningkatan pemahaman terhadap motivasi perseorangan, perilaku kelompok, hubungan antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja bagi manusia. Semua hal ini telah membuat para manajer semakin peka dan terampil dalam menangani dan berhubungan dengan bawahannya. Bahkan kemudian muncul berbagai konsep yang lebih maju lagi seperti kepemimpinan, penyelesaian perselisihan, cara mendapatkan dan memanfaatkan kekuasaan, perubahan organisasi dan konsep komunikasi.
Keterbatasan Aliran Perilaku Organisasi
Meskipun demikian, banyak ahli berpendapat potensi teori ini belum dikembangkan lebih lanjut. Selain itu juga banyak kritikan terhadap aliran ini, karena disamping terlalu umum, terlalu abstrak dan ruwet/rumit. Teori tersebut juga cukup kompleks untuk manajer. Rekomen- dasi mereka sering berbeda satu ahli dengan ahli lainnya, sehingga manajer mengalami kesulitan menentukan pendapat yang paling baik.
2. ALIRAN KUANTITATIF ( RISET OPERASI DAN MANAJEMENN SAINS ).
Aliran kuantitatif untuk manajemen mulai berkembang sejak Perang Dunia II. Pada waktu itu Inggris ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat kompleks dalam perang. Inggris kemudian membentuk Team Riset Operasi (Reserch Operation), dipimpin oleh P.M.S Blackett. Team ini terdiri dari ahli matematika, fisika, dan ilmuwan lainnya. Inggris berhasil menemukan terobosan-terobosan penting dari team tersebut. Amerika Serikat kemudian meniru, membentuk team riset operasi seperti yang dibentuk Inggris. Komputer digunakan untuk menghitung model-modek matematika yang dikembangkan. Ketika perang selesai, model-model dari riset operasi tersebut kemudian diaplikasikan ke Industri. Industri juga mengalami per-kembangan pesat dengan persoalan-persoalan yang semakin kompleks. Persoalan tersebut tidak dapat lagi dipecahkan dengan metode-metode konvensional. Model riset operasi diperlukan dalam hal ini. Beberapa model riset operasi : CPM (Critical Path Method) yang digunakan untuk merencanakan proyek, teori antrian untuk memecahkan persoalan antrian.
Manajemen operasi merupakan variasi lain dari pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini lebih sederhana dan dapat diaplikasikan langsung pada situasi manajemen. Beberapa contoh model manajemen operasi adalah : pengendalian persediaan seperti EOQ (Economic Order Quantity), simulasi, analisis break-even, programasi lenier (linear programming). Manajemen operasi sering dianggap sebagai aplikasi dari riset operasi.
Sumbangan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/ Manajemen Sains)
Pendekatan kuantitatif memberikan sumbangan penting terutama dalam
perencanaan dan pengendalian. Model-model yang dikembangkan sangat sesuai untuk fungsi tersebut. Sebagai contoh, model CPM bermanfaat untuk perencanaan dan pengendalian proyek. Pendekatan tersebut juga membantu memahami persoalan manajemen yang kompleks. Dengan menggunakan model matematika, persoalan yang kompleks dapat disederhana kan menjadi model matematika. Meskipun nampaknya model matematika dengan formula-formula yang sulit dimengerti sangat kompleks, tetapi model tersebut bermaksud menyederhanakan dunia nyata yang sangat kompleks. Dengan model matematika, faktor-faktor yang penting dapat dilihat dan diberi perhatian ekstra.
Keterbatasan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/ Manajemen Sains)
Sayangnya model kuantitatif banyak menggunakan model atau simbol yang sulit dimengerti oleh kebanyakan orang, termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga tidak melihat persoalan peri laku dan psikologi manusia dalam organisasi. Meskipun demikian potensi model kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya. Apabila dapat dikembangkan lebih lanjut pendekatan kuantitatif akan memberikan sumbangan yang lebih berarti.
Muncul aliran ini lebih kepada aliran kuantitatif merupakan gabungan dari Operation Research dan Management Science. Pada aliran ini berkumpul para sarjana matematika, pisik, dan sarjana eksakta lainnya dalam memecahkan masalah-masalah yang lebih kompleks. Tim sarjana ini di Inggris, di Amerika Serikat, sesudah perang Dunia II dikenal dengan sebutan “OR Tema” dan setelah perang dimanfaatkan dalam bidang industri. Masalah-masalah ruwet yang memerlukan “OR Tim” ini antara lain di bidang transportasi dan komunikasi.
Kehadiran teknologi komputer, membuat prosedur OR lebih diformasikan menjadi aliran IImu Manajemen Modern. Pengembangan model-model dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang kompleks. Adanya bantuan komputer, maka dapat memberi pemecahan masalah yang lebih berdasar rasional kepada paramanajer dalam membuat putusan-putusannya. Teknik-teknik ilmu manajemen ini membantu para manajer organisasi dalam berbagai kegiatan penting, seperti dalam haL penganggaran modal, manajemen cash flow, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya manusia dan sebagainya. Aliran ini juga memiliki kelemahan karena kurang memberi perhatian kepada hubungan manusia. Oleh karena itu sangat cocok untuk bidang perencanaan dan pengendalian, tetapi tidak dapat menjawab masalah-masalah sosial individu sepertimotivasi, organisasi dan kepegawaian. Konsep dari aliran ini sebenarnya sukar dipahami oleh para manajer karena dapat menyangkut kuantitatif sehingga para manajer itu merasa jauh dan tidak terlibat dengan penggunaan teknik-teknik ilmu manajemen yang sangat ilmiah dan kompleks.
Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan aliran perilaku (perilaku organisasi) dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah (aliran kuantitatif) atau operation reserch dan management science.
1. ALIRAN PERILAKU ORGANISASI
Pendekatan manusia mempelopori tumbuhnya pendekatan baru yang lebih sering dikenal sebagai pendekatan/aliran perilaku. Dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Psikologi, dan Antropologi dan dengan metoda penelitian yang lebih sempurna, para peneliti ini lebih terkenal sebagai “behavioral scientists” dari pada “human relations theorists”. Diantaranya yang terkenal adalah Argyris, Maslow dan Mc. Gregor dorongan
Prinsip Dasar Perilaku Organisasi :
(1) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur dan prinsip).
(2) Manajemen harus sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan
pertimbangan secara hati-hati.
(3) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.
(4) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.
Sumbangan Aliran Perilaku Organisasi
Sumbangan para ilmuwan perilaku ini terlihat dalam peningkatan pemahaman terhadap motivasi perseorangan, perilaku kelompok, hubungan antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja bagi manusia. Semua hal ini telah membuat para manajer semakin peka dan terampil dalam menangani dan berhubungan dengan bawahannya. Bahkan kemudian muncul berbagai konsep yang lebih maju lagi seperti kepemimpinan, penyelesaian perselisihan, cara mendapatkan dan memanfaatkan kekuasaan, perubahan organisasi dan konsep komunikasi.
Keterbatasan Aliran Perilaku Organisasi
Meskipun demikian, banyak ahli berpendapat potensi teori ini belum dikembangkan lebih lanjut. Selain itu juga banyak kritikan terhadap aliran ini, karena disamping terlalu umum, terlalu abstrak dan ruwet/rumit. Teori tersebut juga cukup kompleks untuk manajer. Rekomen- dasi mereka sering berbeda satu ahli dengan ahli lainnya, sehingga manajer mengalami kesulitan menentukan pendapat yang paling baik.
2. ALIRAN KUANTITATIF ( RISET OPERASI DAN MANAJEMENN SAINS ).
Aliran kuantitatif untuk manajemen mulai berkembang sejak Perang Dunia II. Pada waktu itu Inggris ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat kompleks dalam perang. Inggris kemudian membentuk Team Riset Operasi (Reserch Operation), dipimpin oleh P.M.S Blackett. Team ini terdiri dari ahli matematika, fisika, dan ilmuwan lainnya. Inggris berhasil menemukan terobosan-terobosan penting dari team tersebut. Amerika Serikat kemudian meniru, membentuk team riset operasi seperti yang dibentuk Inggris. Komputer digunakan untuk menghitung model-modek matematika yang dikembangkan. Ketika perang selesai, model-model dari riset operasi tersebut kemudian diaplikasikan ke Industri. Industri juga mengalami per-kembangan pesat dengan persoalan-persoalan yang semakin kompleks. Persoalan tersebut tidak dapat lagi dipecahkan dengan metode-metode konvensional. Model riset operasi diperlukan dalam hal ini. Beberapa model riset operasi : CPM (Critical Path Method) yang digunakan untuk merencanakan proyek, teori antrian untuk memecahkan persoalan antrian.
Manajemen operasi merupakan variasi lain dari pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini lebih sederhana dan dapat diaplikasikan langsung pada situasi manajemen. Beberapa contoh model manajemen operasi adalah : pengendalian persediaan seperti EOQ (Economic Order Quantity), simulasi, analisis break-even, programasi lenier (linear programming). Manajemen operasi sering dianggap sebagai aplikasi dari riset operasi.
Sumbangan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/ Manajemen Sains)
Pendekatan kuantitatif memberikan sumbangan penting terutama dalam
perencanaan dan pengendalian. Model-model yang dikembangkan sangat sesuai untuk fungsi tersebut. Sebagai contoh, model CPM bermanfaat untuk perencanaan dan pengendalian proyek. Pendekatan tersebut juga membantu memahami persoalan manajemen yang kompleks. Dengan menggunakan model matematika, persoalan yang kompleks dapat disederhana kan menjadi model matematika. Meskipun nampaknya model matematika dengan formula-formula yang sulit dimengerti sangat kompleks, tetapi model tersebut bermaksud menyederhanakan dunia nyata yang sangat kompleks. Dengan model matematika, faktor-faktor yang penting dapat dilihat dan diberi perhatian ekstra.
Keterbatasan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/ Manajemen Sains)
Sayangnya model kuantitatif banyak menggunakan model atau simbol yang sulit dimengerti oleh kebanyakan orang, termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga tidak melihat persoalan peri laku dan psikologi manusia dalam organisasi. Meskipun demikian potensi model kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya. Apabila dapat dikembangkan lebih lanjut pendekatan kuantitatif akan memberikan sumbangan yang lebih berarti.
Muncul aliran ini lebih kepada aliran kuantitatif merupakan gabungan dari Operation Research dan Management Science. Pada aliran ini berkumpul para sarjana matematika, pisik, dan sarjana eksakta lainnya dalam memecahkan masalah-masalah yang lebih kompleks. Tim sarjana ini di Inggris, di Amerika Serikat, sesudah perang Dunia II dikenal dengan sebutan “OR Tema” dan setelah perang dimanfaatkan dalam bidang industri. Masalah-masalah ruwet yang memerlukan “OR Tim” ini antara lain di bidang transportasi dan komunikasi.
Kehadiran teknologi komputer, membuat prosedur OR lebih diformasikan menjadi aliran IImu Manajemen Modern. Pengembangan model-model dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang kompleks. Adanya bantuan komputer, maka dapat memberi pemecahan masalah yang lebih berdasar rasional kepada paramanajer dalam membuat putusan-putusannya. Teknik-teknik ilmu manajemen ini membantu para manajer organisasi dalam berbagai kegiatan penting, seperti dalam haL penganggaran modal, manajemen cash flow, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya manusia dan sebagainya. Aliran ini juga memiliki kelemahan karena kurang memberi perhatian kepada hubungan manusia. Oleh karena itu sangat cocok untuk bidang perencanaan dan pengendalian, tetapi tidak dapat menjawab masalah-masalah sosial individu sepertimotivasi, organisasi dan kepegawaian. Konsep dari aliran ini sebenarnya sukar dipahami oleh para manajer karena dapat menyangkut kuantitatif sehingga para manajer itu merasa jauh dan tidak terlibat dengan penggunaan teknik-teknik ilmu manajemen yang sangat ilmiah dan kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar