•
Masalah Kotoran Sapi
Umumnya tujuan para peternak dalam beternak sapi
adalah untuk mendapatkan daging sapi melalui proses pertambahan berat badan
sapi. Selain menghasilkan daging, dalam beternak sapi juga dihasilkan produk
lain seperti kulit, tulang, darah, urin
dan kotoran atau limbah sapi.
Dari berbagai produk beternak sapi tersebut, salah
satu yang menjadi masalah, sehingga bisa merepotkan pemilik ternak adalah
kotoran sapi. Betapa tidak. Untuk seekor sapi betina bisa menghasilkan kotoran
antara 8 sampai 10 kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara jumlahnya
banyak dan cara pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat,
tanpa pengkandangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi
akan berceceran dimana-mana. Hal tersebut tentu tidak bisa dibiarkan begitu
saja, karena selain mengganggu dan mengotori lingkungan, juga sangat berpotensi
untuk menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya.
Limbah ternak sapi ada 2 jenis yaitu limbah cair dan limbah padat
1. Limbah cair
limba cair adalah limbah yang berbentuk cair contohnya yaitu, veses dan urine ( sluri )
2. limbah padat
limbah padat adalah limbah yang berbentuk padat contohnya rumput, dan batang jaggung.
limbah padat adalah limbah yang berbentuk padat contohnya rumput, dan batang jaggung.
Cara penanggulangan limbah
1. Limbah cair
A. Pembuatan Biogas
1. Limbah cair
A. Pembuatan Biogas
Cara membuat Biogas
agar hasilnya sempurna maka kondisi bahan utama/kotoran sapi di usahakan dalam
keadaan Anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas. Gas yang
terkandung sebagian besar berupa gas metan (memiliki sifat mudah terbakar)
dan CO2 (karbon dioksida), gas inilah yang disebut biogas.
Proses fermentasi untuk
pembentukan biogas maksimal pada suhu 30o - 55oC. Pada
suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan organik secara optimal. Hasil
perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan (CH4)
seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Berikut adalah komposisi biogas (%) kotoran sapi dan
campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian
No
|
Jenis Gas
|
Kotoran Sapi
|
Biogas Campuran
kotoran
dan sisa pertanian
|
1
|
Metan (CH4)
|
65,7
|
54-70
|
2
|
CO2
|
27
|
45-57
|
3
|
Nitrogen
|
2,3
|
0,5-3,0
|
4
|
CO
|
0
|
0,1
|
5
|
O2
|
0,1
|
6,0
|
6
|
Propena (C3H8)
|
0,7
|
-
|
7
|
Hidrogen Sulfida H2S
|
-
|
Sedikit
|
8
|
Nilai kalor (kkal/m2)
|
6513
|
4800-6700
|
Alat dan Bahan yang digunakan
- Bak Penampungan sementara
Terbuat dari
kotak dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m berguna sebagai tempat mengencerkan
kotoran sapi.
b. Digester
Digester berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan
organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model
continuous feeding (pengisian bahan organiknya dilakukan secara berlanjut
setiap hari). Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg
dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar
16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti
pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa.
- Plastik Penampungan Gas
Terbuat dari
bahan plastik tebal berbentuk tabung yang berguna untuk menampung gas metan
yang dihasilkan dari digester. Gas metan kemudian disalurkan ke kompor gas.
Kompor GasBerfungsi sebagai alat untuk membakar gas metan untuk menghasilkan
api. Api inilah yang digunakan untuk memasak.
Tahapan Pembuatan Biogas Kotoran Sapi:
- Kotoran sapi dicampur dengan air hingga terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Pada saat pengadukan sampah di buang dari bak penampungan. Pengadukan dilakukan hingga terbentuk lumpur dari kotoran sapi.
- Lumpur dari bak penampungan sementara kemudian di alirkan ke digester. Pada pengisian pertama digester harus di isi sampai penuh.
- Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
- Gas metan sudah mulai di hasilkan pada hari 10 sedangkan pada hari ke -1 sampai ke - 8 gas yang terbentuk adalah CO2.
- Pada hari ke -14. Gas yang terbentuk barulah bisa digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Santai saja biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
- Digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.
- Kompos yang keluar dari digester di tampung di bak penampungan kompos.
B . Pembuatan Pupuk Kompos
Pengolahan kotoran sapi menjadi kompos bisa dilakukan oleh peternak
dimanapun berada, karena caranya sederhana, mudah diikuti dan bahannya tersedia
disekitar peternak sendiri.
Langkah awal yang dilakukan dalam pengolahan kotoran sapi menjadi kompos
adalah, menyiapkan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan, yaitu :
1. Kotoran sapi
minimal 40%, dan akan lebih baik jika bercampur dengan urin.
2. Kotoran ayam
maksimum 25% (jika ada).
3. Serbuk dari
kayu sabut kelapa 5% atau limbah organik lainnya seperti jerami dan sampah
rumah tangga
4. Abu dapur 10%
5. Kapur pertanian
6. Stardec 0,25%.
Mengingat Stardec merupakan stimulan untuk pertumbuhan
mikroba (Stardec dapat pula merupakan agregat bakteri atau cendawan dorman)
maka billa stardec tidak tersedia dapat diganti dengan kompos yang sudah jadi,
karena di dalam kompos juga tersedia agregat bakteri atau cendawan pengurai bahan
organic yang sedang dorman.
Setelah semua bahan terkumpul, ikuti proses pengolahan kompos sbb :
1. Sehari sebelum
komposing dimulai (H-1), campurkan bahan utama (kotoran sapi, kotoran ayam jika
ada, sabut kelapa/serbuk gergaji, abu dapur dan kapur pertanian) secara
merata, atau ditumpuk mengikuti lapisan :
a) Kotoran ayam
ditempatkan paling bawah (jika ada) dan dibagian atasnya ditempatkan kotoran
sapi. Tinggi kotoran ayam dan sapi maksimum 30 cm .
b). Lapisan berikutnya dari kapur pertanian. yaitu untuk menaikkan PH
karena mikroba akan tumbuh baik pada PH yang tinggi (tidak asam).
c). Gunakan serbuk dari sabut kelapa, karena C/N-nya lebih rendah ( +60)
dan mengandung KCl, sedangkan kalau menggunakan sabuk gergaji .kadar C/N-nya
sangat tinggi (+ 400)
d. Dan paling atas
adalah abu.
1. Tumpukan
seperti pada point 1 di atas, harus diulangi sampai ketinggian sekitar 1,5
meter.
2. Pada hari
pertama (H0), tumpukan bahan disisir, lalu ditaburi dengan stardec sebanyak 0,25% atau 2,5 kg untuk campuran
sebanyak 1 ton.
3. Tumpukan bahan
minimal dengan ketinggian 80 cm.
4. Biarkan
tumpukan selama satu minggu (H+7) tanpa ditutup, namun harus terjaga agar
terhindar dari panas dan hujan. Artinya, pada hari ketujuh, campuran bahan
harus dibalik, agar diperoleh suplai oksigen dalam proses komposing. Pembalikan
ini dilakukan kembali pada hari ke 14, 21 dan 28.
5. Pada hari ke 7
suhu bahan mulai meningkat sampai dengan hari ke-21. Peningkatan bisa mencapai
60-70 C, dan akan turun kembali pada hari ke 28 atau tergantung bahan yang
digunakan. Jika lebih banyak menggunakan bahan dari kotoran ayam, suhu bahan menjadi
lebih tinggi dalam waktu lebih lama (bisa mencapai lebih dari 70C dalam waktu
lebih dari 28 hari). Jika hanya memakai bahan dari kotoran ternak sapi,
proses meningkatnya suhu akan terjadi selama 21 hari dan akan menurun pada hari
ke 28, dengan tingkat suhu 35-40 C.
Perlu dipahami, bahwa meningkat dan menurunnya suhu menandakan proses
komposing berjalan sempurna, yang ditandai dengan adanya perubahan warna bahan
menjadi hitam kecoklatan.
Suhu yang tinggi selama proses komposing juga berfungsi untuk membunuh
biji-biji gulma dan bakteri patogenik. Selain itu, apabila dilakukan uji
laboratorium, pupuk organik yang dihasilkan akan memiliki komposisi sebagai
berikut :
a.
Kelembaban
65%
b. C/N ratio maksimum
20
c. Total Nitrogen
(N)
> 1,81%
d.
P205
> 1,89%
e.
K2O
> 1,96%
f. CaO
> 2,96%
g.
MgO
> 0,70%
h. Kapasitas Tukar Kation
> 75 me/100 g
j.
pH
6,5 – 7,5
Dengan komposisi tersebut, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk organik
berkualitas tinggi, sehingga sangat baik untuk digunakan bagi semua tanaman,
tambak dan kolam ikan.
Agar dalam proses pengolahan kotoran sapi menjadi kompos lebih efektif dan
efisien, sebaiknya pengolahannya dilakukan pada sebuah bangunan. Hal tersebut
seperti yang dilakukan oleh Kelompok Tani Amanah yang membangun tempat
pengolahan kompas berukuran 2 m x 6 m
Bagi Kelompok Tani Amanah, bangunan yang dibuat dengan cara menyisihkan
uang saku para anggota ketika mengikuti Sekolah Lapangan tersebut tersebut
sangat bermanfaat, baik ketika melakukan proses pengolahan kompos maupun untuk
penyimpanan dalam waktu lama, terutama ketika kesulitan mendapatkan air di saat
musim kemarau.
Manfaat Pengolahan Kompos
Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan petani yang menggunakan kompos
untuk pertanaman. Diantaranya adalah :
1. Hemat biaya dan
tenaga
2. Pupuk organik
yang dihasilkan berkualitas tinggi
3. C/N ratio
kurang 20 Bebas dari biji-biji gulma (tanaman liar) dan mikroba pathogen.
4. Bebas dari
patogenik atau yang merugikan jamur-jamur akar serta parasit lainnya
5. Bebas
phytotoxin
6. Tidak Berbau
dan mudah menggunakannya
7. Tidak membakar
tanaman
8. Dapat
mengurangi penggunaan pupuk anorganik
9. Aman untuk
semua jenis tanaman dan lingkungan
10. Ph normal berkisar 6,5 sampai
7,5 mampu memperbaiki pH tanah.
11.Mampu meningkatkan biodiversitas dan kesehatan
tanah
12. Memperbaiki tekstur tanah,
sehingga tanah mudah diolah
13. Meningkatkan daya tahan tanah
terhadap erosi
14. Mampu meningkatkan produktivitas
lahan antara 10-30%, karena biji tanaman lebih bernas dan tidak cepat busuk.
15. Tanaman akan dijauhi hama
penyakit dan jamur
16.
Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK).
17. Meningkatkan
kapasitas cengkeram air (water holding capacity).
PENANGANAN LIMBAH PADAT
1.
Penimbunan Terbuka
Terdapat dua
cara penimbunan sampah/limbah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan
terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka, . Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan
kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau
busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat merembes
ke tanah dan mencemari tanah serta air.
2.
Sanitary Landfill
Pada metode sanitary
landfill, sampah/limbah ditimbun dalam lubang yang dialasi iapisan lempung
dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada landfill
yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik –
lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan
serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut
kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
3.
insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran
sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan
dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bisa
mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan
KESIMPULAN
•
Limbah
peternakan bisa bermanfaat jika dikelola dengan teknologi dan ilmu pengetahuan
yang berkembang.
•
Limbah yang
tadinya tidak berharga bisa menghasilkan uang.
REFRENSI
•
http://ans-olahlimbah.blogspot.com/2013/02/penanganan-limbah-padat.html
•
http://koneksi-lambat.blogspot.com/2013/01/penagngan-limbah-cair-dan-padat-pada.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar